Seperti halnya bulan-bulan Ramadhan sebelumnya,
puasa tahun 2012 ini saya jalani
seperti biasa. Biasa
disini artinya berpuasa tidak makan dan minum dan “melakukan yang itu”. Namun
dalam puasa beberapa tahun terakhir, terutama sejak bekerja di Pabrik Gula (PG), kualitas ibadah
tambahan saya rasa menurun dibandingkan saat “muda” dulu. Hal ini tentu bukan suatu
hal yang patut dibanggakan.
Sebenarnya ada beberapa pendukung dari penurunan kualitas ibadah ini, yaitu jarang kumpul dengan teman-teman yang
“alim”, tidak ada lawan tanding seperti saat masih kuliah dulu, dan juga karena terbawa dengan suasana kerja di kebun. Dulu saat di Bandung atau Jogja saat masih bersama-sama keluarga selalu ada yang mengingatkan, sekarang pun ada,
istri, namun karena posisinya yang ikut suami, sehingga kekuatan “peringatan”
nya tidak sekuat Ibu atau Bapak. Seharusnya sebagai suami justru saya yang
mengingatkan. Mengecewakan.
Di kalangan karyawan PG
bagian tanaman, khususnya yang di lapangan, antara yang berpuasa dan tidak
sepertinya “sebelas- dua belas”, hampir sama. Yang mengesankan, kuli-kuli tebu ternyata
banyak yang berpuasa, terutama kuli-kuli perempuan, dan pekerja perawatan tebu
yang bekerja setengah hari (pukul 06.00 – 11.00). Namun ada juga pekerja tebu
yang mayoritas tidak berpuasa, yaitu penebang tebu. Mereka tidak berpuasa
karena sifat pekerjaannya yang memang sangat berat. Dari pagi sampai sore
menebang tebu yang gatal dan mengangkutnya ke atas truk/lori.
Pada tahun ini jam kerja PG
saat bulan puasa diubah. Masuk kerja pukul 08.00 dari sebelumnya pukul 06.30.
Sedangkan pulang pukul 15.00 seperti biasa. Jam istirahat dipersingkat setengah
jam dari sebelumnya satu jam. Total ada selisih 1 jam kerja hilang. Untuk
karyawan bagian tanaman yang di lapangan, aturan itu tidak ada artinya karena justru
pekerja kebun terutama yang borongan lebih senang bekerja lebih pagi dan pulang
lebih awal, untuk menghindari panas matahari yang dapat membuat dahaga. Saya
pribadi merasa jam kerja kantor masuk pukul 08.00 untuk daerah timur pulau Jawa
ini sudah terlalu siang. Administrasi lebih terhambat. Ada beberapa karyawan
kantor yang berkomentar, “masuk jam delapan malah bingung pak, di rumah mau ngapain.” Maka mereka mendahului jam
kerja resmi. Namun selalu ada + dan -, pro dan kontra. Ada juga karyawan yang
masuk diatas jam 08.00.
Karyawan PG bagian
tanaman yang tidak berpuasa ada yang terang-terangan namun lebih banyak yang
sembunyi-sembunyi. Memang kebiasaan ke warung bagi orang kebun adalah ibarat
bis dan terminal. Rumah singgah bagi orang kebun ya warung. Istirahatnya orang
kebun ya ngopi dan jagongan di
warung. Sering pula warung menjadi tempat rapat informal namun efektif, dan sebagai
sumber informasi yang berkaitan dengan kebun, contohnya areal, tenaga kerja,
pengairan, dan informasi yang tidak berkaitan dengan kebun seperti rondo ayu dan sejenisnya. Rutinitas yang
mengasyikkan selama sebelas bulan ini susah dihentikan bagi sebagian orang kebun.
11 : 1.
Saya pun beberapa tahun
terakhir saat akan memasuki Ramadhan ada pikiran, “saya belum latihan puasa
sama sekali sebelas bulan ini, apa sanggup puasa ya?” Tapi nyatanya saat puasa
tiba tetap saja bisa dijalani dan ternyata tidak berat-berat amat. Jika haus
merongrong, alihkan pikiran saja ke kuli-kuli yang puasa itu, tentu lebih
berat. Namun ada satu hal yang saya sukai saat bulan puasa datang, udara sangat
segar di kantor dan ruang rapat tebangan. Bebas asap rokok.
mas gun, ada no contactnya gaa ?? atau ym gitu
ReplyDelete