Monday 24 September 2012

PUASANYA ORANG KEBUN


Seperti halnya bulan-bulan Ramadhan sebelumnya, puasa tahun 2012 ini saya jalani seperti biasa. Biasa disini artinya berpuasa tidak makan dan minum dan “melakukan yang itu”. Namun dalam puasa beberapa tahun terakhir, terutama sejak bekerja di Pabrik Gula (PG), kualitas ibadah tambahan saya rasa menurun dibandingkan saat “muda” dulu. Hal ini tentu bukan suatu hal yang patut dibanggakan.
Sebenarnya ada beberapa pendukung dari penurunan kualitas ibadah ini, yaitu jarang kumpul dengan teman-teman yang “alim”, tidak ada lawan tanding seperti saat masih kuliah dulu, dan juga karena terbawa dengan suasana kerja di kebun. Dulu saat di Bandung atau Jogja saat masih bersama-sama keluarga selalu ada yang mengingatkan, sekarang pun ada, istri, namun karena posisinya yang ikut suami, sehingga kekuatan “peringatan” nya tidak sekuat Ibu atau Bapak. Seharusnya sebagai suami justru saya yang mengingatkan. Mengecewakan.
Di kalangan karyawan PG bagian tanaman, khususnya yang di lapangan, antara yang berpuasa dan tidak sepertinya “sebelas- dua belas”, hampir sama. Yang mengesankan, kuli-kuli tebu ternyata banyak yang berpuasa, terutama kuli-kuli perempuan, dan pekerja perawatan tebu yang bekerja setengah hari (pukul 06.00 – 11.00). Namun ada juga pekerja tebu yang mayoritas tidak berpuasa, yaitu penebang tebu. Mereka tidak berpuasa karena sifat pekerjaannya yang memang sangat berat. Dari pagi sampai sore menebang tebu yang gatal dan mengangkutnya ke atas truk/lori.
Pada tahun ini jam kerja PG saat bulan puasa diubah. Masuk kerja pukul 08.00 dari sebelumnya pukul 06.30. Sedangkan pulang pukul 15.00 seperti biasa. Jam istirahat dipersingkat setengah jam dari sebelumnya satu jam. Total ada selisih 1 jam kerja hilang. Untuk karyawan bagian tanaman yang di lapangan, aturan itu tidak ada artinya karena justru pekerja kebun terutama yang borongan lebih senang bekerja lebih pagi dan pulang lebih awal, untuk menghindari panas matahari yang dapat membuat dahaga. Saya pribadi merasa jam kerja kantor masuk pukul 08.00 untuk daerah timur pulau Jawa ini sudah terlalu siang. Administrasi lebih terhambat. Ada beberapa karyawan kantor yang berkomentar, “masuk jam delapan malah bingung pak, di rumah mau ngapain.” Maka mereka mendahului jam kerja resmi. Namun selalu ada + dan -, pro dan kontra. Ada juga karyawan yang masuk diatas jam 08.00.
Karyawan PG bagian tanaman yang tidak berpuasa ada yang terang-terangan namun lebih banyak yang sembunyi-sembunyi. Memang kebiasaan ke warung bagi orang kebun adalah ibarat bis dan terminal. Rumah singgah bagi orang kebun ya warung. Istirahatnya orang kebun ya ngopi dan jagongan di warung. Sering pula warung menjadi tempat rapat informal namun efektif, dan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan kebun, contohnya areal, tenaga kerja, pengairan, dan informasi yang tidak berkaitan dengan kebun seperti rondo ayu dan sejenisnya. Rutinitas yang mengasyikkan selama sebelas bulan ini susah dihentikan bagi sebagian orang kebun. 11 : 1.
Saya pun beberapa tahun terakhir saat akan memasuki Ramadhan ada pikiran, “saya belum latihan puasa sama sekali sebelas bulan ini, apa sanggup puasa ya?” Tapi nyatanya saat puasa tiba tetap saja bisa dijalani dan ternyata tidak berat-berat amat. Jika haus merongrong, alihkan pikiran saja ke kuli-kuli yang puasa itu, tentu lebih berat. Namun ada satu hal yang saya sukai saat bulan puasa datang, udara sangat segar di kantor dan ruang rapat tebangan. Bebas asap rokok.