Wednesday 5 November 2014

Mark Zuckerberg, Susi?

Hape Android saya yang hampir gak pernah jauh dari diri ini kembali berbunyi. Bunyinya menandakan ada sms atau WA masuk.BBM sudah saya hilangkan notifikasinya, terlalu banyak grup. "new kbh", grup WA keluarga bani hoedan yang muncul pesan baru. Dari bapakku ternyata. Waduh, isinya tentang joke politik lagi..
Suasana panas di medsos beberapa pekan lalu baru mulai mereda, termasuk juga di grup WA keluargaku. Ternyata pilpres kemarin dapat membagi keluargaku menjadi 3 kubu. Jokowi, Prabowo dan netral (walaupun cenderung ke Jokowi). Bully membully bergantian dengan berbagai gambar editan dan link-link ke media mainstream dan abal-abal. Setelah pemenang dinyatakan sah oleh MK pun, peperangan tetap berlanjut. Baru setelah pertemuan Jokowi-Prabowo, suasana rada adem.
Kali ini bapak, yang biasanya diam tiba-tiba memanaskan kembali suasana dengan copas joke tentang menteri "Kabinet Kerja" yang tatoan, roko'an dan DO-an. Mungkin niat bapak hanya guyon tapi reaksi lawan politik di kubu sebelah cukup keras. Sepupuku yang di Ostrali bilang "media sering lihat jeleknya tapi prestasinya tidak disorot", sepupu di jogja upload foto ratu Ntut eh Atut yang jilbaban, santun, gak roko'an tapi korupsi. Saya ingin membela bapak, tapi karena sudah terlalu jengah dengan "peperangan" ini saya diam saja. Keluarga kami sebenarnya sangat rukun, bahkan sangat sangat rukun. Tidak pernah ada bentakan di rumah simbah yang pernah saya dengar, terutama ditingkat putra putri simbah (angkatan ibuku), namun ditingkat cucu sifatnya sudah beda-beda, aplagi ada yang suka marah dan gak sabaran (kemungkinan besar saya salah satunya). Hampir semua muslim taat, walaupun dari berbagai aliran, Muhammadiyah, LDII dan IM. Yang disebut kedua terakhir adalah sempalan dari induknya yang pertama, karena awalya semua keluarga kami dari satu aliran.
Perbedaan terjadi dalam menyikapi sosok yang dijadikan joke oleh bapak saya, tak lain tak bukan adalah menteri perikanan, Susi, si nyentrik. Lagi-lagi keluarga saya terbelah, kubu satu entah apakah semata karena mendukung Jokowi sehingga Susi ini dengan segala kenyentrikannya itu (tatoan, roko'an dan DO-an) dibela abis. Sementara di kubu lain apakah semata karena kebencian terhadap sosok Jokowi sehingga si Susi dibully sedemikian rupa.
Walaupun keluarga saya berjilbab semua, tapi sebagian besar diantaranya mendukung Susi. Sebagian besar diantara yang berjilbab ini LDII. Sementara yang menolak Susi adalah pendukung IM (PKS). Walaupun jelas-jelas tatonya kelihatan dan klepas klepus mengebulkan asap rokok tapi tampaknya hal itu tidak jadi alasan untuk menolak Susi. Tampaknya mereka menggunakan dalil tentang menyerahkan segala urusan pada ahlinya.
إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (BUKHARI – 6015)

Mmmm, masuk akal juga sih. Mungkin karena pemikiran pragmatis, pokoknya yang penting tujuannya tercapai. Tapi, apa nggak ada orang sekaliber Susi yang derajat nyentriknya lebih rendah? Karena bagaimanapun juga dia akan jadi sorotan dan public figure. Semua aktivitasnya menjadi incaran wartawan. Kalau menurut pendapat saya sih, lebih baik cari yang kulitnya bebas tato, suaminya lebih sedikit dan non smoker. Wah enak aja saya ngomong ya, emangnya gampang nyari malaikat?? Yaaa pasti adalah, diantara ratusan juta orang Indonesia, masak hanya Susi satu thok itu doang. Tapi sebagai rakyat dengan pemimpin yang sudah terpilih ini, mau tidak mau ya harus mendukung Susi yang nyentrik ini. Katanya kan harus taat pada ulil amri minkum.

Kalau mendengar cerita orang yang baru pulang dari luar negeri, terutama dari negara yang sudah developed wah rata-rata pada terkagum kagum dengan kedisiplinannya, keramah tamahannya, saling menghargainya dan infrastrukturnya. Tapi hampir semua negara maju tersebut atau mungkin juga seluruhnya bukan negara dengan mayoritas penduduk muslim. Sebenarnya anggapan itu dengan mudah terpatahkan dengan catatan sejarah dimana muslim pernah menjadi penguasa dunia dalam hal teknologi dan peradaban pada masa lampau. Dan perlu diketahui juga bahwa walaupun mereka kini unggul hampir dalam semua aspek, contohnya dalam kesejahteraan, relasi sosial dan infrastruktur namun sebenarnya hal itu dapat dijelaskan oleh dalil berikut.

زُيِّنَ لِلَّذِيۡنَ كَفَرُوا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا وَيَسۡخَرُوۡنَ مِنَ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا ‌ ۘ وَالَّذِيۡنَ اتَّقَوۡا فَوۡقَهُمۡ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ ؕ وَاللّٰهُ يَرۡزُقُ مَنۡ يَّشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ‏ ﴿۲۱۲﴾  
212. Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Ya, memang Allah memberi rezeki enggak kira-kira, dan terserah semau gusti Allah. Tidak dibatasi siapa dia, agama apa dia, tak peduli baik apa jahat. Kalau anda perhatikan, orang-orang memang terlahir sesuai dengan kapasitasnya dan takdirnya. Saya membaca majalah detik dengan fokus tentang Susi. Memang sejarah hidup Susi mengantarkannya jadi seperti sekarang ini, dia tercipta dengan kapasitas untuk itu. Naturally. Kenapa ia harus lahir dari orang kaya terpandang di Pangandaran, kenapa ia menikah pertama dengan pedagang ikan, lalu menikah 2x dengan bule yang satunya dari dunia penerbangan? Ya itulah yang membentuk Susi jadi seperti sekarang ini.
Dahlan Iskan? Walaupun dulu katanya sangat miskin tapi sejarah hidupnya memang "diarahkan" menuju kesana. Tidak mungkin akan sekaya ini jika tidak bertemu dengan Jawa Pos. Siapa yang mengarahkan pak Dahlan supaya kerja di Jawa Pos? Manusia memang punya kuasa memilih percabangan takdirnya yang beragam, tapi manusia tidak tahu jalan mana yang akan membawanya ke titik yang sekarang ia capai. Manusia hanya bisa menduga akan takdirnya.
Mark Zuckerberg sangat kaya raya, sangat-sangat kaya, rejekinya tidak terbatas dan terbayangkan. Jalan Tuhan yang menuntunnya menciptakan facebook. Tuhan tidak memilih siapa yang mau diberi rezeki, siapa yang dilapangkan dan siapa yang disempitkan tidak bisa protes, sebagaimana seseorang yang dilahirkan normal dan seseorang lain yang dilahirkan cacat. Seseorang hanya bisa berusaha meraih takdir yang sebaik-baiknya (menurut ukuran mereka sendiri) dari segala macam kemungkinan takdir yang bisa terjadi. Menurut salah seorang guru saya, takdir itu seperti cabang pohon, ada banyak. "Kamu ambil keputusan ini, maka yang keluar adalah takdir itu, sementara jika kamu ambil keputusan yang lain maka yang keluar adalah takdir yang lain."
Kalau melihat dari sejarah hidupnya, tampaknya si Susi dari sisi keduniaannya memang diarahkan untuk jadi menteri Perikanan. Itu pasti seijin Allah SWT, sebagaimana Allah SWT juga mengizinkan terbunuhnya sekian ribu jiwa anak-anak dan wanita Palestina. Jadi, Susi ini kira-kira masuk surga apa tidak sih? Dilihat ciri-cirinya secara fisik kayaknya sih Susi bukan salah satunya. Tapi soal itu siapa yang tahu? Saya gak punya kapling di surga.




































No comments:

Post a Comment