Monday 20 February 2012

BAHTSUL MASAIL KUBRO GULA MANIS

5 Februari 2012 adalah suatu hari yang istimewa bagi saya. Betapa tidak, bertemu meneg BUMN Dahlan Iskan secara langsung. Sebelumnya video-video ceramah, sambutan pak DI sudah saya unduh dari youtube, semua artikel "Manufacturing Hope"-nya sudah saya baca. Memang inspiratif. Sebelum jadi menteri BUMN saya sering membaca artikelnya di Jawa Pos.

Kami 10 orang berangkat dari Jember hari sabtu, 4 Februari 2012 pukul 12.30 wib. Jalan macet, ambil alternatif lewat selatan, Banyubiru-Pasuruan, keluar sebelum Bangil. Kondisi jalannya sempit dan ramai, jadi kalau dihitung-hitung tetap saja waktu tempuhnya lama. Sampai Gempol karena takut macet masuk alternatif lagi lewat tol lama, keluar Tanggulangin. Sopir PG, pak Surono bisa beristirahat karena hampir sepanjang jalan saya yang mengemudi. Daripada jadi penumpang saya lebih senang nyetir, kaki tidak pegal, tapi syaratnya mobil nyaman dan saya sedang tidak capek. Kebetulan mobil yang dibawa adalah mobil dinas pak kepala AKU, New Panther 2.5L, jika naik mobil dinas umum PG Kijang 90 saya memilih jadi penumpang saja. Kami sampai Surabaya sekitar pukul 19.00 wib.

Kami menginap di hotel Country Residence, kalau tidak salah, yang jelas ada kata Country-nya. Hotelnya bagus, bintang 3. Pak KTR Imam Fauzi dan pak sinder Hari jadi satu kamar. Saya dan 7 orang lainnya, jadi satu di apartemen. Di apartemen ada 4 kamar tidur, 3 kamar mandi, 1 dapur dan 1 ruang duduk. Masing-masing kamar untuk 2 orang. Saya dan masinis Kafi memilih kamar di tingkat 2. Ternyata kamar itu paling bagus, ada TV, AC dan bathub. Desain apartemennya simple, compact tapi fungsional.

Semua peserta saat check in dapat kupon makan. Ada yang langsung makan tapi kebanyakan mandi dulu. Pakai bathub, air panas, capek-capek hilang, serasa wong sugih. Ruangan makan menjadi tempat berkumpul peserta-peserta dari seluruh PG perusahaan kami. Saya bertemu pak Barnas, bekas teman sinder yang sekarang jadi KTR di Situbondo. Beliau tetap sama, selalu wangi. Dulu waktu masih bujangan saya sering diajak makan malam di rumah pak Barnas ini, sampai-sampai saya malu. Semua peserta ngobrol kesana-kemari, sebagian membahas tentang seragam kaos bergambar pocong di kebun tebu yang dibagikan panitia. Banyak yang berkomentar, "opo maksud'e?".

Setelah makan inginnya bersantai sejenak. Saya kembali ke apartemen, ternyata di ruang duduk masinis Brian dan kemiker Doni sedang sibuk mencetak file presentasi pak ADM yang dipersiapkan jika PG kami harus tampil. Karena tidak enak hati, saya temani mereka dulu. Di sana juga ada sinder Hari yang juga sibuk merevisi buku panduan budidaya tebu "single bud". Ada kesalahan di analisa laba-ruginya. Setelah beberapa lama saya naik ke kamar, rencananya mau internet-an. Bude Ninik dari Jogja dari tadi siang sudah meminta supaya saya mengecek email, ada yang perlu dibaca, kata beliau.

Tidak lama browsing, masinis Kafi datang, bersiap menjilid presentasi yang sedang diprint di bawah. Karena Kafi arek Suroboyo, tentu paham tukang jilid yang masih buka diatas jam 10 malam. Benar, ternyata ia sudah janjian jam 23.30 wib dengan tukang jilid di pasar karangmenjangan, dekat UNAIR. Saya diajak menemani Kafi, sekalian mengantarnya pulang ke rumah. Anak bojo-nya pasti sudah kangen.

Saya turun kembali ke bawah setelah mengecek email bude yang ternyata belum masuk. Sambil menunggu print, kami menonton televisi dari luar negeri, film mandarin yang sangat lucu. Sekitar pukul 23.30 saya dan Kafi berangkat naik mobil PG. Menjilid buku sambil cuci mata dan membelikan mie goreng untuk kemiker Adit. Rencananya Kafi akan saya antar pulang setelah ke tukang jilid. Tapi karena takut saya kesasar, Kafi meminta supaya dijemput oleh keluarganya saja di tukang jilid.

Ternyata menjilid cukup lama, pukul 01.15 wib saya baru meninggalkan tempat. Petunjuk yang diberikan Kafi cukup membantu saya kembali ke Hotel, walaupun sempat nyasar satu kali. Sampai hotel, sinder Hari masih sibuk menempelkan revisi. Tinggal ia sendiri, yang lain sudah lelap tidur. Kemiker Adit yang pesan mie sudah tidur. Mie lalu saya letakkan di samping kepalanya. Saya kembali ke kamar, tapi tidak bisa tidur. Nonton TV sampai jam 02.30 wib. Rencananya saya ingin shalat tahajud, supaya besok pagi bisa lancar menyampaikan pendapat ke pak Menteri. Ya, saya sangat ingin menyampaikan suatu permasalahan utama di perusahaan kami pada pak Menteri BUMN. Mudah-mudahan ada kesempatan. Tapi tahajud katanya harus tidur dulu, sedangkan saya belum tidur dari tadi, jadi tidak jadi. Malam itu saya benar-benar mimpi diwawancara oleh pak Dahlan, bergiliran satu per satu semua peserta dari PG..

-----
Kemiker Adit, masinis Brian dan Agus TUK chek out
Keesokan hari, saya telat bangun, hampir jam 6 wib. Untung saja dibangunkan oleh Kafi yang baru datang dari rumahnya. Belum shalat subuh. Wah, awal yang kurang baik untuk hari ini. Segera mandi dan sarapan. Informasinya jam 06.30 wib kami harus sudah berangkat ke Empire Palace, tempat acara dilangsungkan. Menu sarapannya lontong dan opor ayam, ada juga bubur ayam, minumnya sari buah, kopi dan teh (standar hotel). Tidak lama kemudian kami sudah chek out.

Perjalanan dari hotel di daerah Nginden ke Empire Palace sekitar 20 menit. Di sepanjang jalan banyak orang bersepeda. Ada sepeda fixie, banyak juga sepeda gunung. Tampaknya bersepeda sedang menjadi gaya hidup baru masyarakat Surabaya. Sampai di Empire Palace sudah ramai oleh peserta. Bus-bus besar berplat nomor E parkir di depan gedung. Di lambung bus tertulis "SAHABAT", sebuah nama perusahaan bus yang terasa familiar. Maklum sering papasan waktu kuliah dulu. Cirebon-Bandung, lewat kampus UNPAD Jatinangor.

Semua orang menggunakan kaos bergambar pocong. Wajah-wajah penuh dengan antusiasme. Semua orang naik ke lantai atas (lupa lantai berapa) menggunakan lift. Gedung Empire Palace ini didesain mewah, bergaya romawi kuno, penuh ukir-ukiran. Detail cukup diperhatikan oleh arsiteknya.


Di lantai tempat pertemuan, peserta antri untuk absen. Di urut Per Perusahaan per PG. Di tempat absen ada pemandangan menarik. Resepsionisnya sangat cantik, tinggi, mirip boneka barbie, tidak cuma satu tapi banyak. Maklum orang desa, jarang ketemu yang kayak gini.

Antri absen, sayang resepsionis tidak kefoto

Masuk ke ruang pertemuan ternyata tempat duduk diacak. PG kami diapit oleh PG dari wilayah Jawa Tengah dan DIY. Sebelah kiri PG Madukismo, sebelah kanan PG Jatibarang. Awalnya kami tidak tahu maksud pengacakan tempat duduk ini, sampai ditengah acara pak Menteri bilang pengacakan ini bertujuan agar antar PG bersilaturahim, bertukar informasi. PG yang kaya disandingkan dengan PG dhuafa. Istilah pak Menteri, PG dhuafa, membuat peserta tertawa geli. Sepertinya PG kami dianggap kaya karena disebelah kami PG Jatibarang.

Masinis Kafi berdampingan dengan peserta dari PG Jatibarang
Pak Menteri datang disambut tepuk tangan meriah para peserta. Beliau tidak banyak basa-basi, langsung memakai kaos pocong didepan panggung, sekali lagi diberi tepuk tangan meriah, dan membuka acara tanpa protokoler. Terlihat beliau mengutak-atik laptop sendiri di depan. Lalu ditampilkan di layar. Isinya permasalahan-permasalahan di Pabrik Gula (bisa dilihat di gambar).

Kelihatannya pak Menteri mengetik sendiri dan terburu-buru, tulisannya tidak rapi, tidak ada spasi. Mungkin karena sifat beliau yang pragmatis, yang penting maksudnya kena, bisa dimengerti semua orang.

Ada 20 masalah di Pabrik Gula. Peserta ada yang mencoba usul untuk menambahkan poin masalah, tapi pak Menteri tidak mau, beliau ingin fokus pada 20 masalah ini saja. Kelihatan bahwa beliau sebenarnya sudah tahu permasalahan Pabrik Gula, sebelumnya pasti ada informasi yang masuk ke beliau.

Peserta boleh usul apa saja, tapi kalau usulan tersebut sifatnya meminta tolong pada pemerintah, pak Menteri tidak suka langsung dibantah saat itu juga. Contohnya ADM salah satu PG di Situbondo mengusulkan agar profit sharing investor-petani diseragamkan, dan pemerintah menjadi investornya, langsung dijawab, "Tidak, pemerintah tidak mau ikut campur masalah sharing, itu kebijakan direksi masing-masing" (kurang lebih dijawab seperti itu, tidak sama persis). Ada juga ADM dari perusahaan kami yang usul supaya pemerintah memfasilitasi konversi lahan HGU untuk ditanami tebu, yang langsung dijawab oleh pak Menteri, "Tidak mau, tidak mau, tidak mau, saya disuruh ngomong ke Menteri Kehutanan minta lahan gitu? Kalau perlu bapak tidur di depan ruangan Menteri Kehutanan, minta lahan itu".

Walaupun jawaban pak Menteri menolak, tapi bahasa tubuhnya yang santai tidak membuat si pengusul jadi tersinggung. Malahan peserta gerr saat pak Menteri bilang "tidak mau, tidak mau, tidak mau", sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Itu salah satu kelebihan pak Menteri.

Hal lain yang ditampilkan adalah contoh-contoh PG yang sukses dan PG yang menderita. ADM PG yang sukses diminta naik ke panggung bercerita kiat-kiat kesuksesan mereka. PG-PG yang sukses didominasi oleh perusahaan gula tertentu. Demikian pula dengan PG-PG yang menderita disuruh bercerita tentang sebab-sebab penderitaannya. Ternyata PG-PG yang menderita juga didominasi oleh perusahaan gula tertentu.

Demikian terus, bergantian dibahas contoh-contoh lain baik kesuksesan maupun penderitaan. Kebetulan PG kami mendapat nama baik karena dua orang kepala bagian (Instalasi dan Pabrikasi) dianggap sangat kompak, sehingga meningkatkan kinerja. Pak Fajar dan Pak Iwan nama dua orang tersebut, sampai-sampai nama Pak Fajar ditulis sebagai judul dalam artikel Dahlan Iskan di Jawa Pos keesokan harinya.

Satu hal juga yang saya ingat kata-kata pak Menteri adalah contoh orang baik. Beliau mencontohkan seseorang yang memiliki integritas baik belum tentu bisa bekerja dengan baik. Saat di PLN beliau menemukan orang yang sangat jujur, bahkan jika ditanya ke seluruh karyawan PLN siapa orang yang paling baik di PLN pasti semua menunjuk ke sana. Setelah jadi Direktur (kalau tidak salah) orang ini masih naik angkutan umum. Pak Menteri menyebut orang jenis ini seperti mau masuk surga sendiri, karena biasanya orang seperti ini merasa paling jujur di lingkungannya sehingga tidak bisa bekerja sama dengan yang lain. Kaku. Saya pikir ada benarnya juga, sekali lagi ada benarnya bukan benar total.

Di akhir acara pak Menteri meminta 10 orang karyawan muda berprestasi (?) dibawah 35 tahun dari tiap PG untuk berdiri. Lalu beliau pesan agar peluang bagi karyawan muda untuk meniti karir agar dipermudah, jangan dipersulit jika memang mereka mampu. Saya bersyukur dipilih menjadi salah satu dari 10 orang itu, walaupun kenyataannya mungkin belum seperti itu. Malu ah.

Akhirnya sekitar jam 12.30 wib acara ditutup dan semua peserta di persilahkan makan siang ditempat yang telah disediakan. Rombongan kami memutuskan tidak makan siang di situ. Hanya sinder Hari dan KTR Imam yang makan di sana, dan mereka ternyata beruntung, bisa bersalaman dengan pak Menteri.

Kami turun ke bawah dengan lift yang berbeda, kali ini sangat besar, belum pernah saya naik lift sebesar itu. Kelihatannya lift bisa menampung sampai 50 orang sekali angkut. Di dalam lift ada kepala tanaman dari PG tertentu yang guyon dengan rekan prianya, tapi saya pikir guyonnya kurang sopan. "Barang" rekannya mau di lihat, celana rekannya mau dibuka karena terlihat "berdiri" setelah si rekan melihat resepsionis, sesaat sebelum naik lift. Mereka tertawa cekakakan tidak berhenti-berhenti. Tapi sebenarnya "barang" saya sendiri juga mau berdiri, tapi berhasil saya kendalikan sehingga tidak jadi.

ADM PG kami mengajak makan di sebuah restoran di daerah Gubeng. Restorannya tidak terlalu besar, tapi sangat mahal untuk ukuran saya. Bayangkan, segelas kecil es kopyor Rp25.000,-. Kalau dibelikan pecel kan bisa untuk 6 kali makan. Menunya luar biasa, ada kepiting, iga rebus, tongseng, ca kangkung, pokoknya mewah banget menurut saya.

Sekitar pukul 15.30 kami meninggalkan Surabaya untuk kembali ke Jember. Saya biarkan pak Surono mengemudi dulu, nanti di Probolinggo akan saya ganti. Tidak lupa saya membawa sepotong coklat untuk anak saya Nashwa dan sepenggal cerita untuk istri saya.

No comments:

Post a Comment